Belajar dari Pandemi: 5 Peran Apoteker yang Patut Diadaptasi hingga Kini
Baca artikel selengkapnya di bawah formulir Coba Gratis
Coba Gratis Farmacare
Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri di dunia kesehatan. Mengingat masifnya persebaran, membuat ada keterbatasan dalam mencegah penyebaran lebih lanjut dan pemanfaatan sumber daya secara optimal.
Tenaga kesehatan adalah profesi yang berada di garda terdepan dan berjuang langsung melawan COVID-19, termasuk apoteker. Peran apoteker dalam pencegahan, manajemen, dan penahanan penyakit sangatlah penting.
Peran penting tersebut sebaiknya terus diadaptasi oleh praktisi apoteker di era
new normal. Kenapa? Ya, untuk membangun ketahanan fisik masyarakat, sekaligus upaya persiapan menghadapi situasi yang tidak terduga. Belajar dari pandemi, nyatanya mencegah itu masih lebih baik dari mengobati.
Lalu, apa saja peran apoteker dalam penanggulangan pandemi untuk dicontoh saat ini? Yuk, simak ulasan Farmacare berikut!
Peran apoteker meningkatkan kepatuhan minum obat
Saat pandemi, ada banyak pasien positif COVID-19 mulai dari yang bergejala ringan sampai kronis. Peran apoteker berupaya mengelola kondisi kronis pasien dengan meningkatkan kepatuhan minum obat.
Faktor penyebab ketidakpatuhan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, seperti:
- Rendahnya pengetahuan pasien seputar penyakitnya.
- Kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas pengobatan modern.
- Ketakutan pada efek samping obat.
- Persepsi pasien yang salah tentang penyakit yang dideritanya.
Cara meningkatkan kepatuhan minum obat
Apoteker punya peran penting dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien. Berikut cara yang bisa dilakukan:
- Membuat pasien bisa menerima kondisi penyakit yang dideritanya.
- Memberi motivasi pada pasien untuk bisa segera sembuh.
- Menghilangkan rasa takut pasien akan ketergantungan obat-obatan.
- Memastikan pasien memiliki Pendamping Minum Obat (PMO), misal pihak keluarga atau perawat – terutama untuk pasien lanjut usia.
- Atasi faktor lupa dengan menganjurkan pasien menggunakan kotak pengingat minum obat atau memasang alarm pada smartphone milik mereka.
Menjamin ketersediaan dan kualitas produk kesehatan
Saat pandemi, kebutuhan produk kesehatan jadi melonjak. Mulai dari masker, hand sanitizer, alat pelindung diri, obat-obatan dan suplemen, ventilator, sampai alat rapid test. Di sini apoteker punya peran vital dalam pendistribusian produk-produk kesehatan agar dapat menjamin masyarakat (terlebih pasien) bisa mendapatkannya dengan mudah dan aman.
Jamin ketersediaan dengan manajemen stok yang baik
Salah satu cara yang bisa dilakukan apoteker di apotek adalah dengan melakukan manajemen stok yang efektif agar dapat menjamin produk selalu tersedia bahkan sebelum stok habis. Caranya misal seperti:
- Memastikan pencatatan stok akurat, yaitu dengan menyegerakan input faktur pembelian, serta catat transaksi penjualan secara real time dan pastikan terintegrasi dengan data di kartu stok.
- Tahu secara pasti daftar barang yang selalu dicari atau dibutuhkan masyarakat.
- Rutin melakukan stock count untuk meminimalisir terjadinya selisih stok di kartu stok dengan real stock.
- Penyimpanan stok produk menggunakan metode FEFO (First Expired First Out).
- Memastikan tempat penyimpanan produk di apotek harus sesuai standar.
Baca juga: Ini Dia Solusi dari Kendala Manajemen Stok di Lapangan
Apoteker yang bekerja di perusahaan farmasi dan distributor juga wajib memastikan ketersediaan obat yang diperlukan selama pandemi selalu terpenuhi. Baik itu dengan memproduksinya di dalam negeri atau dengan mengimpornya dari luar negeri.
Mengedukasi masyarakat seputar penggunaan obat
Masyarakat yang mulai kritis terhadap obat yang dikonsumsinya, harus mendapat edukasi yang tepat. Apoteker punya peran sebagai konsultan obat bagi pasien. Sehingga kamu harus mampu mengedukasi masyarakat terkait informasi:
- Cara menggunakan dan meminum obat yang benar dan tepat dosis.
- Penggunaan obat yang rasional, yaitu penggunaan obat yang aman, efektif, dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat bagi pasien.
- Efek samping yang mungkin timbul dari obat yang dikonsumsi.
- Stabilitas obat dalam berbagai kondisi.
- Penyimpanan obat yang benar (terlebih untuk pasien rawat jalan).
- Pemilihan dan penggunaan masker yang tepat, disertai menjaga kebersihan diri.
Baca juga: Saat Pelanggan Beli Obat di Apotek, Beri Edukasi Ini di 1 Menit Pertama
Jika diperlukan, praktisi apoteker juga wajib memberi konseling kepada masyarakat (pasien) terkait penggunaan obat yang benar. Konseling sangat diperlukan untuk tujuan mengubah perilaku pasien demi terwujudnya mutu kehidupan yang lebih baik.
Memberi rekomendasi produk yang tepat
Terutama untuk pasien dengan gejala ringan, mereka akan datang ke apotek untuk membeli obat-obatan. Sebagai apoteker, kamu wajib memberi rekomendasi produk yang tepat untuk tujuan swamedikasi.
Tips layanan swamedikasi yang baik
Kamu sebagai apoteker wajib memberi rekomendasi obat berdasarkan gejala yang dialami atau dirasakan pasien. Apoteker sebisa mungkin harus membantu pasien untuk memilih dan menggunakan obat dengan tepat agar penyakit mereka cepat sembuh dan meminimalisir terjadinya kesalahan konsumsi obat.
Caranya bisa dilakukan dengan mengumpulkan data pasien, misal dengan bertanya riwayat penggunaan obat, rasa sakit yang mereka derita, dan pengetahuan pasien terkait obat yang diminum sebelumnya.
Apotek juga sebaiknya memiliki
personal medication record
yang mencatat data pasien yang datang ke apotek. Supaya rekomendasi obat yang diberikan apoteker jadi lebih sesuai.
Meluruskan berita bohong (hoaks) yang beredar
Edukasi masyarakat tidak hanya terbatas pada soal penggunaan obat yang benar, namun juga edukasi soal pembelian obat yang rasional dan bijak.
Edukasi pembelian obat yang rasional dan bijak
Hasil survei The Lancet Regional Health – Western Pacific pada 4.716 apoteker dan TTK di Indonesia, menyebut banyak penderita COVID-19 yang datang ke apotek komunitas atau toko obat untuk membeli antibiotik. Paparan berita bohong (hoaks) juga tidak dipungkiri menjadi salah satu penyebab masyarakat banyak mencari antibiotik.
Survei juga menunjukkan ada peningkatan penggunaan antibiotik yang tidak tepat oleh masyarakat selama pandemi COVID-19. Setidaknya sekitar sepertiga responden menyebut telah memberikan antibiotik pada pasien yang diduga menderita COVID-19.
Hal ini dapat menimbulkan masalah karena akan meningkatkan ancaman resistensi antimikroba pada pasien karena antibiotik bukanlah obat yang efektif untuk virus. Peningkatan resistensi antimikroba yang berkelanjutan merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat.
Karena itu, apoteker dituntut untuk mengedukasi masyarakat seputar pembelian obat yang rasional dan bijak. Terutama dalam mengonsumsi antibiotik agar dapat mencegah perluasan resistensi antimikroba yang lebih masif. Penyebaran informasi yang salah juga dapat dihentikan dengan memberi informasi yang akurat sehingga masyarakat dapat bertindak lebih tepat.
Kelima peran apoteker di atas wajib tetap diadaptasi meski kita sudah memasuki era
new normal. Semua dilakukan demi kebaikan bersama dan bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Referensi:
Kiara Puspa D. 2021. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Universitas Padjadjaran: https://bit.ly/45Zbzh2
Humpro Setda Purbalingga. Apoteker Profesional Jalankan Tiga Peran Vital. Jatengprov.go.id: https://bit.ly/3J6RpYy