Membedah Laporan Keuangan Watsons
22 Maret 2022
Baca artikel selengkapnya di bawah formulir Konsultasi Gratis
Konsultasi Gratis Farmacare
Dari semua jejaring apotek retail di Indonesia, Watsons mungkin bukan salah satu yang dianggap besar. Jumlah gerainya (per Desember 2020) ada 156 toko, yang lokasinya sebagian besar ada di pusat perbelanjaan. Bandingkan dengan Kimia Farma yang punya lebih dari 1,500 gerai atau K-24 yang punya 571 gerai (termasuk waralaba). Akan tetapi, Watsons adalah satu-satunya jejaring ritel farmasi murni yang berbentuk perusahaan terbuka (Tbk.)* sehingga laporan keuangannya terbuka untuk kita analisis.
*Ada beberapa perusahaan farmasi lain yang juga berstatus perusahaan publik, seperti Kimia Farma, Kalbe Farma, atau MPI. Tapi mereka mencampur laporan bisnis ritel mereka dengan manufaktur atau distribusi farmasi.
Kamu bisa melihat langsung laporan keuangan terbaru mereka tahun buku 2020 di link ini. Berikut adalah beberapa angka/metrics yang relevan yang bisa kita jadikan referensi dalam pengelolaan apotek kita.

Dari 156 gerai yang ada, hanya ada 1 yang berkonsep apotek komunitas, yang mulai dikembangkan oleh Watsons di Bintaro di tahun 2020 lalu. Meski karakteristik Watsons berbeda dengan apotek komunitas pada umumnya, dengan beberapa penyesuaian, beberapa angka/metrik di atas masih sangat layak untuk dijadikan referensi dalam pengelolaan apotek kamu.

Sejak awal, Farmacare mengemban misi untuk membantu pengelola & pegawai apotek komunitas agar bisnis apotek menjadi sehat dan terus bertumbuh. Salah satu caranya adalah mengadopsi berbagai teknologi terkini ke dalam aplikasi. Mulai dari teknologi cloud, PWA (Progressive Web Apps), websocket, payment gateway, hingga yang terbaru adalah QRIS. Seiring AI menjadi topik hangat dalam tiga tahun terakhir, Farmacare terus memantau momentum yang tepat untuk mengadopsi teknologi ini. Kami meyakini bahwa AI akan memegang peran krusial dalam membantu pengelola apotek. Namun, kami juga berkomitmen untuk tidak mengadopsi AI secara gegabah. AI yang tidak disiapkan dan dilatih dengan cermat justru berpotensi menimbulkan kesalahan (sering disebut 'halusinasi') atau menghasilkan interaksi yang terasa kaku dan kurang solutif. Oleh karena itu, tim Farmacare memutuskan untuk menggali ilmu langsung dari para pakar di Google, melalui partisipasi kami dalam program Google for Startups Accelerator Southeast Asia (AI Focused). Dari lebih dari 200 tim pendaftar, Farmacare dengan bangga terpilih sebagai salah satu peserta program bergengsi ini. Acara Bootcamp Intensif Bersama 19 tim terpilih lainnya, kami telah menuntaskan bootcamp intensif selama lima hari di kantor Google Indonesia di Jakarta. Selama bootcamp, kami mengeksplorasi berbagai potensi adopsi teknologi AI. Salah satu hasilnya, yaitu fitur AI untuk pembacaan faktur otomatis, telah kami implementasikan dan siap dirilis minggu depan! Mengenai proyek AI kami berikutnya, kami belum bisa berbagi detail lebih lanjut. Namun, satu hal yang pasti: kami berkomitmen penuh untuk menghadirkan fitur-fitur AI yang akan sangat menyederhanakan operasional kamu sebagai pengelola apotek. Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Google Indonesia serta KomDigi atas penyelenggaraan acara Accelerator AI ini, serta kepada tim engineer dan mentor yang telah berbagi ilmu. Tak lupa, kami juga berterima kasih kepada seluruh pengelola apotek pengguna Farmacare atas kepercayaan dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk terus berkarya dan berinovasi. Semoga bersama, kita dapat menyaksikan apotek dan sektor farmasi Indonesia terus berkembang, memberikan layanan terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat.









